Ibn Juraij mengatakan, “Ucapan orang munafik selalu berbeda dengan
perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan apa yang
ia tampakkan. Bathinnya berbeda dengan dhohirnya dan kehadirannya
berbeda dengan ketidakhadirannya. Karena itu, nifaq i’tikhadi
menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan. Kemunafikan tipe
inilah yang ada pada orang-orang munafik di masa Rasulullah Shallahu
Alaihi Wassalam."
Di masa perang Badr, yang agung, saat Allah Rabbul Alamin,
membuktikan keagungan-Nya serta memuliakan Islam dan para pengikutnya.
Di Madinah ada seorang tokoh bernama Abdullah bin Ubai bin Salul. Dia
adalah salah seorang pemimpin penduduk Madinah, berasal dari suku
Khazraj, dan merupakan pembesar dua kabilah di masa jahiliyah, anggota
suku-suku itu, secara aklamasi berjanji mengangkatnya sebagai raja.
Kemudian datanglah Islam dan merekapun memeluknya. Abdullah bin Ubai bin
Salul pun masuk Islam bersama keluarganya.
Saat perang Badr berkecamuk, Abdullah bin Ubai bin Salul berkata,
“Urusan ini sudah jelas”. Kemudian ia menampakkan keIslamannya dan
masuklah bersamanya beberapa golongan dan pengikutnya serta kelompok
lain dari Ahlul Kitab. Karena itu, kemunafikan mulai ditemukan di dalam
tubuh penduduk Madinah dan orang-orang sekitarnya.
Nifaq ‘amal (perbuatan) adalah salah satu dari bagian dosa besar.
Pelakunya adalah orang ylang melakukan beberapa perbuatan kemunafikan
yang telah dikategorikan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa sallam dalam
banyak sabdanya. Seperti perbuatan dengan menyembunyikan kekufuran
dan menampakkan keimanan.
Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam, bersabda :
“Ada empat perkara yagn apabila terkumpul pada diri seseorang,
maka ia adalah orang munafik tulen. Dan barangsiapa yang hanya terkumpl
salah satu darinya, maka ia telah memiliki tabiat orang munafik sampai
ia dapaat meninggalkannya. Yaitu, jika ia dipercaya, maka ia berkhianat,
jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia akan ingkar janji, jika
berseteru ia akan ber buat keji”.
Kemunafikan digambarkan sebagai sindrom berbahaya bagi setiap
individu kaum muslimin. Karena itu, mutlak harus menjauhi sifat-sifat
munafik. Kemunafikan juga membahayakan bagi umat manusia, dan hari depan
kehidupan. Allah Azza Wa Jalla telah memperingatkan kepada orang-orang
mukmin tentang sosok orang-orang munafik. Mereka adalah orang-orang yang
lebih pantas untuk dimusuhi, dilawan dan dihadapi sebagai musuh nyata
dibandingkan musuh yang jauh lokasinya, sudah diketahui, dan jelas
keberadaannya. Allah Rabbul Alamin bersabda :
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadkan
kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.
Mereka adalah seakan-akan kau yang tersandar. Mereka mengira bahwa
tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah
musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari
kebenaran?”. (Al-Munafiqun : 4)
Allah Azza Wa Jalla mengingatkan orang-orang mukmin, bahwa
orang-orang munafik adalah musuh yang sesungguhnya yang harus
diwaspadai, awas dari tipu daya, kelicikan dan kencenderungan sikap
aniaya mereka. Mereka berusaha menguping kaum mukminin secara
sembunyi-sembunyi demi kemaslahatan orang-orang kafir. Allah Ta’ala
berfirman :
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat
mereka, ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang
seburuk-buruknya”. (At-Taubah : 73, At-Tahrim : 9).
Dalam ayat ini, ada sebuah bentuk perintah dari Allah Ta’ala kepada
Nabi Shallahu Alaihi Wasallam untuk berjihad melawan orang-orang kafir.
Secara khusus, wahyu tersebut memperingatkan Nabi Shallahu Alaihi
Wasalllam, tentang bahaya orang-oran manufik, tipu daya dan
kecenderungan makar mereka.
Diantara sifat nifaq itu dapat menimbulkan berbagai akibat yang
sangat buruk, dan mengancam kehidupan manusia. Orang munafik menimbulkan
kerusakan yang amat merusak di muka bumi. Mereka akan selalju membuat
kerusakan,yang tiada henti-hentinya. Orang-orang manufik akan mencabut
agama (Islam) sampai ke akar-akarnya. Meskipun, karena sifatnya
kemanufikannya itu, mereka tidak merasa bahwa mereka berbuat kerusakan.
Maka, apabila diperingatkan, “Janganlah kalian membuat kerusakan di muka
bumi!”, maka mereka akan menjawab, “Kami menghendaki pembangunan,
mengeluarkan umat dari kebodohan dan kezaliman menuju ilmu dan cahaya,
dari keterpurukan menuju modernitas, dan dari kemunduran menuju
kemajuan. Kami hanyalah kalangan orang yang menghendaki reformasi”, ujar
mereka.
Hakekatnya mereka adalah para pendusta! Merekalah destruktor
(perusak) yang sesungguhnya. Tetapi tidak pernah menyadari, atau
pura-pura tidak menyadari, bahwa tindakan atau amal mereka merusak.
Mereka mengeluarkan jargon-jargon yang indah dan memikat bagi kaum
muslimin, sehingga banyak kaum muslmin yang tertipu oleh bujukan jargon
orang-orang munafik itu. Sesungguhnya, mereka itu, yang melakukan
kerusakan, baik itu kerusakan terhadap aqidah, pemikiran, ekonomi,
sosial, politik, budaya, dan kemiliteran.
Karena itu, jika dicegah perbuatan yang merusak itu, mereka tidak mau
ambil peduli. Alasan utama mereka adalah : “Kami adalah para reformis
dankalian adalah orang-orang yang tidak menghendaki perubahan. Kami
adalah orang-orang yang benar, sedangkan kalian adalah orang-orang yang
salah. Kami adalah orang-orang yang cerdas, memiliki visi masa depan,
sedangkan kalian orang-orang yang dungu, dan hanya berorienasi ke masa
lalu”, tegas orang-orang manufik itu. Allah Ta’ala berfirman :
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah : 12).
Mereka berusaha melahirkan kaader-kader baru, dan mendidik generasi
baru, yang akan memiliki karakter dan sifat-sifat manufik, terutama para
ulama jahat (syu’), ulama yang menjilat penguasa fasik, dan para ulama
mansuniyah (freemanson),agar mereka dapat melempar berbagai kerancuan
di tengah-tengah kaum muslimin dan membuat kaum muslimin ragu dan
meninggalkan Islam.
Mereka menyulut kaum muslimin dengan berbagai provokasi pemikiran
yang ‘la diniyah’ (sekuler), yang dibunungkus dengan jargon-jargon, yang
seakan-akan benar bersumber dari asholah Islam, tapi sebenarnya dari
ajaran setan. Mereka banyak mendirikan lembaga pendidikan dengan
bungkusan lebel yang sangat indah, menarik kaum muslimin,
sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, surat kabar, majalah, radio, yang
lebih fokus dengan tujuan menyelewengkan ajaran Islam.
Kalangan yang berperan besar menyuburkan kelompok munafik, seperti
sejarah awalnya lahirnya, orang-orang munafik, tak lain adalah kalangan
Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang serupa dengan mereka dan kaum
munafik dikalangan umat ini. Mereka bertujuan ingin memadamkan cahaya
Allah, dan menanamkan keraguan kepda banyak orang dengan kebenaran.
Padahal, mereka sendiri selalu berbantah-bantahan dan bermusuh-musuhan.
Dan, benarlah sebuah ucapan Umar bin Khattab RA, yagn mengatakan,
“Yang menghancurkan Islam adalah orang alim yang menyimpang, orang
munafik yang pandai mendebat A-Qur’an dan menggunakan Al-Qur’an untuk
kepentingan pribadi, serta para pemimpin sesat”, ungkap Umar. Maka,
jauhilah mereka, tinggalkanlah mereka, jangan mendekatkan diri kepada
mereka, serta lepaskanlah wala’ (loyalitas) kepada mereka. Karena
orang-orang munafik itu, tak lain , mereka adalah orang-orang kafir jua.
Allah berfirman :
“Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang yang munafik yang
berkata keapda saudara-saudara mereka yang kafir diantara ahli kitab,
‘Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kamiun akan keluar bersama kamu,
dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kdepada seiapapun untuk
menyusahkan kamu”. (Al-Hasyr : 11).
Demikkianlah, sebuah fakta dari karakter dasar orang-orang manufik
sepanjang sejarah kemanusiaan yang telah berlangsung sejak dahulu kala.
Wallahu’alam.
0 comments:
Post a Comment