Kata akal berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql. Kata al-‘aql
adalah mashdar dari kata ‘aqola – ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “
fahima wa tadabbaro “ yang artinya “paham (tahu, mengerti) dan
memikirkan (menimbang) “. Maka al-‘aql, sebagai mashdarnya, maknanya
adalah “ kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu “. Sesuatu itu bisa
ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain, semua yang ditangkap oleh
panca indra.
Letak akal
Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46, yang artinya,” Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu ada bagi mereka al-qolb (yang dengan al-qolb itu) mereka memahami (dan memikirkan) dengannya atau ada bagi mereka telinga (yang dengan telinga itu) mereka mendengarkan dengannya, maka sesungguhnya tidak buta mata mereka tapi al-qolb (mereka) yang di dalam dada.” Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd.
Letak akal
Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46, yang artinya,” Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu ada bagi mereka al-qolb (yang dengan al-qolb itu) mereka memahami (dan memikirkan) dengannya atau ada bagi mereka telinga (yang dengan telinga itu) mereka mendengarkan dengannya, maka sesungguhnya tidak buta mata mereka tapi al-qolb (mereka) yang di dalam dada.” Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd.
Senin, 05 Januari 2009
Memahami Perbedaan Makna Antara Ilmu dan Sains
Dalam
banyak wacana seringkali kata ilmu disepadankan maknanya dengan kata
sains. Benarkah makna ilmu sama dengan sains? Berikut ini
penjelasannya..
Pengertian Ilmu
Kata
ilmu terambil dari kata al-ilm dalam bahasa Arab. Kata al-ilm maknanya
adalah “idrokusy-syaii bi haqiqotihi”, yang artinya,” mengetahui sesuatu
sesuai dengan hakekatnya.” Al-ilm tergolong suatu pengetahuan. Ia
merupakan pengetahuan yang benar, baik benar dalam arti sesuai
sebagaimana “ada”-nya (ash-shidq) maupun benar dalam arti berpahala
diakherat kelak jika diamalkan karena Alloh semata (al-haqq).
Dikatakan dalam Al-Qur’an surat
As-Sajdah (32) ayat 3, yang artinya,” Atau mereka mengatakan “
(Al-Qur’an itu adalah) bikinannya (Muhammad SAW).” (Tidaklah demikian)
Tetapi (Al-Qur’an)(adalah) al-haqq dari robb-mu (wahai Muhammad SAW).
Dikatakan pula dalam surat
Fathir (35) ayat 31, yang artinya,” Dan yang telah Kami wahyukan kepada
engkau (wahai Muhammad SAW) dari al-kitab (yakni Al-Qur’an) adalah
al-haqq …” Dari kedua ayat ini maka kita paham bahwa kalam/perkataan
Alloh (Al-Qur’an) adalah al-haqq, berpahala di akherat kelak jika
diamalkan karena Alloh semata. Dikatakan dalam surat
Al-An’am (6) ayat 115,” …telah sempurna kalimat robb-mu (Al-Qur’an)
sebagai kalimat yang ash-shidq dan al-‘adl…” Dari ayat ini kita paham
bahwa kalam/perkataan Alloh (Al-Qur’an) adalah ash-shidq, menyatakan
sebagaimana “ada”-nya. Maka kalam/perkataan Alloh (Al-Qur’an) adalah
al-ilm bahkan ia merupakan al-ilm yang berasal dari Alloh yang Maha Tahu
(al-‘alim) sebagaimana yang dikatakan di dalam surat
An-Nisa’ (4) ayat 166,” Tapi Alloh bersaksi bahwa apa yang diturunkan
kepada engkau (wahai Muhammad SAW)(yakni Al-Qur’an), Dia menurunkannya
dengan (berdasarkan) ilmu-Nya…”
Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat
An-Najm (53) ayat 3 dan 4, yang artinya,” Dan tidaklah yang dia ucapkan
itu dari hawa nafsu melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” Dari
ayat ini kita tahu bahwa perkataan Muhammad SAW adalah benar, baik benar
dalam arti sesuai sebagaimana “ada”-nya (ash-shidq) maupun benar dalam
arti berpahala di akherat kelak jika diamalkan (al-haqq), karena yang diucapkan oleh Beliau SAW tidak lain adalah wahyu Alloh yang diwahyukan kepadanya.
Jadi
kalam/perkataan Alloh (Al-Qur’an) dan perkataan Muhammad SAW
(As-Sunnah) termasuk al-ilm bahkan merupakan al-ilm yang paling utama
karena terkandung di dalamnya yang berpahala di akherat kelak jika
diamalkan karena Alloh (al-haqq) dan fakta yang bersifat ghoib yang
tidak mungkin diketahui oleh manusia ketika hidup di dunia.
Contoh
al-ilm, Sukarno dan Muhammad Hatta pada hari jum’at tanggal 17 Agustus
1945 sekitar pukul 10.00 WIB memproklamirkan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Ungkapan ini adalah al-ilm karena sesuai sebagaimana
“ada”-nya. Dikatakan di dalam surat
An-Nisa’ (4) ayat 103, yang artinya,”…tegakkanlah sholat karena sholat
itu bagi kaum yang beriman adalah suatu kewajiban yang ditentukan
waktunya…”, dan Alloh telah mengajarkan kepada Muhammad SAW tentang tata
cara sholat melalui perantaraan malaikat Jibril as. Tata cara sholat
Muhammad SAW dapat diketahui melalui hadits-hadits yang shohih yang
membahas tentang masalah ini, maka itu semua adalah al-ilm. Jika
seseorang menegakkan sholat dengan cara yang telah dicontohkan oleh
Muhammad SAW dan itu dilakukan karena Alloh semata maka amalan sholat
yang dilakukan itu berlandaskan atas al-ilm, berlandaskan atas
kalam/perkataan Alloh (Al-Qur’an) dan perkataan Muhammad SAW
(As-Sunnah), atau dalam perkataan lain amalan tersebut adalah ilmiyyah.
Lawan
dari al-ilm adalah al-jahl yang tentu maknanya adalah “ idrokusy-syaii
laisa bi haqiqotihi”, yang artinya ,” mengetahui sesuatu tidak sesuai
dengan hakekatnya.” Al-jahl tergolong dalam pengetahuan. Ia adalah
pengetahuan yang salah, baik salah dalam arti tidak sesuai sebagaiman
adanya (al-kidzb) maupun salah dalam arti tidak berpahala di akherat
kelak jika diamalkan (al-bathil).
Contoh al-jahl, Habibie pada hari jum’at tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00 WIB memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ungkapan ini adalah al-jahl, tidak sesuai sebagimana “ada”-nya karena yang memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah Sukarno dan Muhammad Hatta. Seseorang meyakini bahwa “ segala sesuatu yang ada , ada dengan sendirinya” Ungkapan bahwa
“ segala sesuatu yang ada, ada dengan sendirinya” adalah al-jahl, tidak
sesuai sebagimana “ada”-nya, karena bertentangan dengan al-ilm, yakni
kalam/perkataan Alloh dan perkataan Muhammad SAW. Dalam surat
Al-Furqon ayat 2 dikatakan, yang artinya,” …dan Dia (Alloh) telah
menciptakan segala sesuatu dan mentakdirkannya secara rinci...” Maka
keyakinan orang itu tidak berdasarkan al-ilm (tidak ilmiyyah) tapi
berdasarkan persangkaan
(azh-zhon) dan karena bertentangan al-ilm maka dinamakan al-jahl
(kebodohan, jahliyyah) dan akan merugikan dia di akherat kelak.
PengertianSains
Kata
sains berasal dari kata science (bahasa Inggris). Sains sepenuhnya
adalah hasil usaha manusia dengan perangkatnya yaitu panca indra dan
akal, maka sains tidak membicarakan sesuatu yang tidak dapat dijangkau
oleh panca indra dan akal. Sains tergolong ke dalam pengetahuan, tapi
bukan sembarang pengetahuan. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui metoda sains (scientific methode). Metoda sains adalah
proses sebagai berikut : kumpulan fakta - hipotesa - pengujian hipotesa
– teori sains. Jika ditemukan fakta baru maka perlu dibuat hipotesa
baru lalu dilakukan lagi pengujian hipotesa (baru) lalu diperoleh teori
sains baru begitu seterusnya sebagai proses yang tidak akan pernah
berakhir. Maka sains akan terus berubah berbanding lurus dengan ditemukannya fakta-fakta baru.
Ada
sains, tentu ada juga yang bukan sains yaitu semua pengetahuan yang
tidak diperoleh melalui metoda sains termasuk di dalamnya pengetahuan
yang berasal dari wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Contoh
sains, dari hasil pengamatan ternyata bahwa, “ galaksi-galaksi bergerak
saling menjauh.”, ini adalah ilmu karena menyatakan sebagaimana
“ada”-nya, yang membawa kepada kesimpulan
bahwa,” alam raya mengembang (artinya semakin luas)”, kesimpulan ini
adalah sains (karena ini diperoleh melalui metoda sains, scientific
methode).
Contoh
bukan sains, dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Adz - Dzariyyat (51)
ayat 47, yang artinya,” Dan langit telah Kami bangun dengan kedua tangan
(Kami) dan Kamilah yang benar-benar meluaskannya.”, ini adalah bukan
sains karena tidak diperoleh melalui metoda sains tapi ini adalah wahyu
Alloh atau perkataan Alloh, jadi ini adalah ilmu.
Jadi
ilmu tidak selalu sama dengan sains dan tidaklah semua sains adalah
ilmu karena sains bisa salah dalam arti tidak sesuai sebagaimana
“ada”-nya maupun dalam arti jika diamalkan tidak berpahala di akherat
kelak. Ilmu adalah ilmu dan sains adalah sains, ilmu dan sains adalah
dua hal yang berbeda. Boleh jadi secara kebetulan sains dan ilmu
bersesuaian.
0 comments:
Post a Comment